Prospek Jurusan Perfilman (Livi Zheng)

Meski di tolak berkali-kali, bolak-balik untuk menyempurnakan naskah. Belum lagi masalah gender dan pandangan sinis karena Livi yang masih muda.Akhirnya, Livi Zheng mengkukuhkan namanya sebagai sutradara pertama dari Indonesia yang masuk dalam nominasi bergengsi, Piala Oscar 2015.
Livi Zheng adalah wanita asli Malang kelahiran 3 April 1989. Livi hijrah ke Amerika sekitar delapan tahun yang lalu untuk menyelesaikan studynya di University Of Washington- Seattle. Awalnya, perempuan mungil ini belum mempunyai bayangan atau target apapun semasa kuliah. Livi hanya menyukai seni bela diri yang hanya dia pelajari dari you tube. Tapi nampaknya, hobi inilah yang kemudian menciptakan peluang besar untuknya.
Saat usianya masih 15 tahun, Livi menapaki batu loncatan pertama dalam hidupnya. Yap! Karena kemampuan bela diri itulah Livi berkesempatan menjadi peran pengganti dalam sebuah film action. Nampaknya, ketertarikan Livi di dunia sineas bermula dari moment ini. Prestasi bela diri Livi kian menanjak. Semasa di bangku kuliah, Livi sudah mengantongi 25 trophy dan medali dari perlombaan karate. Dia juga sempat menjadi perwakilan Negara bagian untuk mengikuti ajang turnamen yang lebih tinggi.
Saat prestasi karatenya semakin bersinar, diam-diam Livi mempunyai impian lain. Dia ingin menjadi seorang sutradara dan membuat film bertaraf internasional. Keinginanya mulai terwujud di tahun 2013. Pada waktu itu, Film yang pernah digarapnya yaitu Brush With Danger masuk dalam nominasi Oscar. Meskipun terhenti di predikat nominee, semangat Livi semakin kuat.
Pada saat diwawancara oleh sebuah media cetak, Livi banyak berbagi pengalamanya. Menurutnya, butuh usaha keras dan pengorbanan extra untuk mampu menembus Oscar. Apalagi dia berasal dari Asia, khususnya Indonesia, Livi harus berjuang menarik perhatian para senias di Amerika. Fakta lain adalah karena usia Livi yang masih tergolong muda dan bahwa dia adalah seorang perempuan. Ternyata, masalah gender masih menjadi obstacle di industry perfilman Amerika.
Livi sempat kesusahan untuk mencari para kru untuk membantunya membuat film. Livi ingin merekrut para kru yang sudah sering bekerja untuk membuat film box offices. Tapi nampaknya keinginan inilah yang menjadi sedikit masalah .
“Mereka memang pilih-pilih. Diantara kru ada semacam istilah, karirmu berdasarkan film terakhir yang kamu buat. Jadi, kalau pernah membuat film bagus, pasti mereka nggak mau buat film yang biasa-biasa aja”
Terang Livi
Meski di tolak berkali-kali oleh calon kru sendiri, Livi tidak pernah menyerah. Dia harus bolak-balik menyempurnakan naskahnya sembari meyakinkan kru yang lain. Dan akhirnya usaha itu berbuah manis. Livi akhirnya bisa menggarap 6 judul film dan serial. Dia juga mulai berakting sebagai pemeran utama sekaligus produser.
Sekarang, Livi masih masih dalam proses pembuatan film selanjutnya yang belum mempunyai judul. Selama bekerja, Livi juga masih melanjutkan kuliahnya untuk program master di sekolah seni jurusan cinematography di University of Southern California.
Good luck Livi!. Semoga film-film selanjutnya tetap masuk Oscar ya ! Bawa nama harum Indonesia yak!.